Skip to main content

High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future


Hola readers! How’s it going?
In today’s post, saya akan merangkum bahasan di seminar yang saya ikuti
Hope this helps! J




High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future

Image result for seminar Designing Compensation & Benefit Toward a Better Future






Munculnya berbagai perusahaan rintisan atau start up adalah kemajuan besar bagi Indonesia. Selain membuka berbagai peluang kerja untuk para pencari kerja, hadirnya perusahaan start up ini juga memberikan pilihan untuk dapat memilih bidang pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, serta tawaran penghasilan dan kesejahteraan yang lebih beragam. Namun, tidak semua pihak menganggap hal ini sebagai nilai positif. Sebab dengan hadirnya pilihan lapangan pekerjaan baru yang cukup menjanjikan dapat menjadi ancaman bagi perusahaan eksisting saat ini dalam mempertahankan aset berharga mereka yaitu karyawan yang dapat kapan saja mengundurkan diri untuk mendapatkan tawaran kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan baru tersebut. 
Hal tersebut dianggap isu yang cukup menarik untuk didiskusikan bersama oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) yang kemudian menyelenggarakan kegiatan bertajuk High Level Update dengan mengusung tema ‘Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future’ di gedung Permata Kuningan, Jakarta, Jumat, 15 November, 2019 . Kegiatan ini terselenggara atas inisiasi dari Komite Kebijakan Pengelolaan Kinerja Organisasi dan Sumber Daya Manusia (Komite KPKOS) merupakan salah satu dari empat Komite Dewan Pengawas (Dewas) BPJAMSOSTEK. 

Dalam acara tersebut hadir Dewan Pengawas (Dewas), Inda D. Hasman dan M. Adityawarman bersama Direktur Pusat Studi Apindo, Okky Asokawati; anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Suprayitno; Ketua Umum Apindo, Hariadi B Sukamdani; dan Direktur Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan RI yang diwakili oleh Dirjen PHI & Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan RI, Retno Pratiwi.

Image result for start up business

Maraknya perusahaan start up, jadi ancaman bagi perusahaan eksisting saat ini dalam mempertahankan asset berharga mereka yaitu karyawan. Sebab dengan majunya start up yang membuka peluang kerja, bisa mengakibatkan banyak karyawan dapat  mengundurkan diri kapan saja untuk mendapatkan tawaran kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan baru tersebut. Dewan Pengawas (Dewas), Inda D. Hasman mengatakan, kegiatan ini untuk memberikan gambaran aspek-aspek kesejahteraan pekerja yang bukan hanya merupakan komponen gaji semata.
“Tapi juga berupa Compensation Benefit (Comben) dan jaminan sosial yang merupakan hak setiap pekerja yang harus dikelola dengan baik dan tepat untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bersama antara pekerja dan perusahaan,” jelas Inda
Adanya fakta bahwa perusahaan-perusahaan baru ini, lanjutnya, memang seolah membawa angin segar khususnya untuk para pekerja muda/milenials yang cenderung melek teknologi, haus kesempatan, memperhatikan timbal balik dari perusahaan dan lain-lain yang tentunya menjadi pertimbangan bagi perusahaan lainnya untuk dapat bersaing dalam mempertahankan asset karyawan mereka agar dapat bekerja secara nyaman dengan kinerja maksimal.
“Jika kesejahteraan terjamin maka seiring itu pula kinerja karyawan diharapkan akan meningkat,” tambahnya.
Adityawarman menambahkan,  bahwa menghadapi milenials butuh skema khusus yang lebih flexibel. “mereka senang yang lebih flexibel, situasi ini menjadi sangat rumit dan kita cari ramuan yang pas dan harus disikapi dengan bijak.”
Kegiatan ini  melibatkan berbagai kalangan masyarakat untuk mendapatkan masukan. selain dari kalangan internal, BPJAMSOSTEK juga melibatkan pihak eksternal yaitu kalangan Pengusaha, Mahasiswa, Akademisi dan pihak-pihak yang peduli terhadap kesejahteraan pekerja.
“Kami berharap acara ini dapat memberi insight baru untuk dapat merancang pengelolaan yang baik mengenai comben yang berbasis pada keadilan dan penghargaan yang tepat bagi pekerja untuk masa depan yang lebih baik untuk pekerja itu sendiri dan organisasi atau perusahaan”, tutup Inda.


Referensi

Arbi (2019). BJAMSOSTEK Jaring Masukan Pengusaha Akademisi. Retrieved November 15, 2019, from https://www.harianterbit.com/read/113169/BPJAMSOSTEK-Jaring-Masukan-Pengusaha-Akademisi

Tri (2019). Banyang Perusahan Kehilangan Karyawan Akibat Marakya Start Up. Retrieved  November 19, 2019, from https://poskotanews.com/2019/11/15/banyak-perusahaan-kehilangan-karyawan-akibat-maraknya-start-up/

Comments

Popular posts from this blog

journal Review : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement

JOURNAL REVIEW : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement Hiiii how’s it going??? in today’s  post , Imma review Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement journal. Hope this helps! THE MEANING OF EI AND WORK ENGAGEMENT Emotional Intelligence According to Dr Goleman, ’emotional intelligence is defined as a set of skills or competencies, which provide human resource professionals, managers, and anyone in the world of work, with a comprehen­sive tool to define, measure and develop emotional skills’. Emotional intelligence can also be defined as the capacity to recognize our own feelings and those of others for motivating ourselves and managing emotions well in our social interactions. Work Engagement Work engagement is most often defined as "...a positive, fulfilling, work-related state of mind that is characterized by vigor, dedication, and absorption" (Schaufeli & Bakker,

Role playing

Hi fellas, how’s it going? In today’s post, saya akan membahas studi kasus tentang pendekatan terhadap situasi konflik . Jadi….Pada tanggal 6 desember 2019 kelas saya di beri kasus (semacam simulasi role play )   oleh Pak Seta (Dosen),   Dalam simulasi role play ini, mahasiswa dibagi menjadi 4 tim, diantaranya tim warga, tim Pemerintah Daerah, tim yayasan dan tim orang tua siswa. Scenario nya adalah disebuah jalan terdapat sejumlah rumah warga lalu ada juga sebuah sekolah, sekolah tersebut terletak dalam gang, sekolah tersebut menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan. Disamping banyak mobil orang tua siswa yang berlalu lalang untuk mengatar-jemput siswa, di jalan tersebut juga ramai karena banyak nya warga yang menggunakan mobil untuk bekerja. Pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas parkir atau lahan kosong untuk orang tua menurunkan anaknya atau memutar balik kendaraan. Oleh sebab itu memicu kemarahan dari warga, akhirnya warga memutuskan untuk memotral jalan