Skip to main content

Role playing












Image result for role playing

Hi fellas,
how’s it going?
In today’s post, saya akan membahas studi kasus tentang pendekatan terhadap situasi konflik. Jadi….Pada tanggal 6 desember 2019 kelas saya di beri kasus (semacam simulasi role play)  oleh Pak Seta (Dosen),  Dalam simulasi role play ini, mahasiswa dibagi menjadi 4 tim, diantaranya tim warga, tim Pemerintah Daerah, tim yayasan dan tim orang tua siswa. Scenario nya adalah disebuah jalan terdapat sejumlah rumah warga lalu ada juga sebuah sekolah, sekolah tersebut terletak dalam gang, sekolah tersebut menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan. Disamping banyak mobil orang tua siswa yang berlalu lalang untuk mengatar-jemput siswa, di jalan tersebut juga ramai karena banyak nya warga yang menggunakan mobil untuk bekerja. Pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas parkir atau lahan kosong untuk orang tua menurunkan anaknya atau memutar balik kendaraan. Oleh sebab itu memicu kemarahan dari warga, akhirnya warga memutuskan untuk memotral jalan menuju sekolah agar tidak ada kemecatan karena warga sering terlembat ketika berangkat kerja. Jarak jalan utama menuju sekolah sekitar 3 kilometer dan jika pihak pemda membangun akan memakan waktu yang sangat lama. Sedangkan anak sekolah sedang persiapan untuk Ujian Nasional.
Scenario simulasi role play:
1.       Team warga:  marah karena kemacetan yang di sebabkan oleh pihak sekolah dan memtoral jalan menuju sekolah
2.       Team yayasan (pihak sekolah): merasa kesal dengan pihak warga yang sudah memotral tanpa ada mediasi dengan pihak yayasan
3.       Team orang tua: merasa terbebankan oleh warga karena anaknya diminta untuk bangun lebih pagi agar bisa diantarkan ke sekolah
4.       Team pemda: sebagai penengah antara tiga pihak yang sedang berseteru.

Team pemda sudah menyarankan bahwa bagi orang tua agar menurunkan anak didepan jalan utama  dan pihak sekolah menyediakan bis untuk menuju sekolah. lalu ketiga pihak setuju padahal pihak sekolah tidak mau mengluarkan biaya untuk membeli transpotasi bis, di pihak orang tua juga tidak setuju karena adanya menambahan biaya sekolah, dan di pihak ke tiga yaitu pihak warga juga tidak setuju karena percuma jika pihak yayasan tidak memiliki lahan untuk parkir maka sama saja macet gara-gara bis yang akan parkir di pinggir jalan.
        Opsi kedua dari pihak pemda adalah oarang tua mengantar anaknya lebih pagi karena potral di tutup jam set 7 dan dibuka jam set 9, dari pihak orang tua tidak setuju karena ada urusan lain selain mengantar anaknya pagi-pagi seperti memasak dll. Dan lalu kami memberi waktu kepada pihak sekolah apakah bisa jam anak sekolah di majukan pada jam set 9 pihak sekolah karena anak sekolah akan memasuki masa ujian jadi akan menganggu waktu jadwal yang lain seperti bimbel, kursus dll.
        Akhirnya opsi terakhir yaitu memberikan lahan pemerintah untuk yayasan agar bisa di bangun parkiran dan orangtua siswa lelusa memutar balikan kendaraan, tetapi pemerintah tidak bisa memberikannya hanya Cuma-Cuma semua harus ada perhitunganya seperti surat-menyurat, pajak, dll. Lalu kamu memberikan harga bahwa tanah pemerintah di jual 50jt, lalu pihak sekolah meminta agar warga dan orangtua siswa turut serta dalam membeli tanah tersebut. Ini di bantah oleh kedua pihak yang tidak setuju ikut pantungan terutama pada pihak orangtua siswa karena biaya di sekolah tersebut sudah mahal dan banyak kebutuhan lainya. Akhirnya pihak sekolah menawar pada pihak pemda dengan harga 30jt dan hanya pihak sekolah saja yang membeli. Tetap diberikan oleh pemda tapi hanya setangah dari lahan itu. Akhiranya semua sepakat dengan keputusan tersebut.

Analisis studi kasus 1


Konflik adalah permasalahan yang terjadi lebih dari dua individu, konflik akan terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua orang atau lebih terhadap berbagai persilisahan, ketegangan, kesulitan-kesulitan di antara para pihak yang tidak sepahaman (wahyudi, 2010).

5 pendekatan umum terhadap situasi konflik
1.                        Smoothing (accommadating): strategi ini mengharuskan salah satu pihak mengalah untuk bisa menyelesaikan suatu konflik dan startegi ini akomodasi ini juga tepat digunakan saat kita mengetahui dengan pasti kalau pihak lawan  meiliki solusi yang tepat atas permasalahan yang sedang di hadapi. (yanuar, 2018).  
2.                    Problem solving (collabartion): strategi menghindari ini diakukan dengan menghindari pengambilan keputusan. Strategi ini berusaha untuk menunda konflik tanpa batas yaitu dengan menunda atau mengambaikan konflik, berharap masalah bisa selesai dengan berjalan waktu. Hal ini tidak terjadi pada saat konflik diatas.
3.                       Compromising (bargaining) split the deference: dalam strategi ini dilakukan pendekatan yang berkonflik untuk mau mengalah. Dalam kompromi semua pihak tidak ada yang menang maupun kalah semua sama sama dengan tujuan yang sama bukan keinginan masing-masing.
4.                      Inaction (avoding): gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka ( rizkie,2018).
5.                    5. Forcing (competing): artinya pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (rizkie, 2018)

Jadi yang hanya di gunakan konflik diatas dalam 5 pendekatan umum terhadap situasi konflik yaitu: Smoothing (accommadating): Terlihat dari yayasan yang ingin membeli tanah, yang seharusnya orangtua dan warga ikut patungan tetapi tidak setuju, akhirnya yayasan mengalah untuk membelinya menggunakan uang yayasan saja dan pihak pemda juga membantu meberikan fasilitas seperti polisi lalu lintas. yang kedua adalah Compromising (bargaining): Hal ini terlihat bahwa semua pihak setuju saat kesepakatan bahwa yayasan akan membeli tanah walaupun tidak seluruhnya dan hanya setengah.





Pada kasus tersebut sebuah masalah dapat terjadi dikarenakan adanya sebuah konflik. Konflik adalah suatu pertikaian yang diekspresikan antara setidaknya 2 pihak yang memiliki persepsi yang berbeda terhadap tujuan tertentu, sumber daya yang ada dan campur tangan dari salah satu pihak untuk pencapaian tujuan. Menurut teori social, Konflik timbul dari interaksi yang disengaja antara dua pihak atau lebih dalam suasana kompetitif. Ini mengacu pada perilaku terbuka daripada potensi untuk tindakan dan untuk keadaan subjektif (Oberschall, 1978). Dengan adanya interaksi besuasana kompetitif yang akhirnya memicu subjektifitas membuat seseorang atau sekelompok orang akan merasa dirinya yang harus didahulukan. Sehingga timbul berbagai macam cara untuk mencapai hal tersebut. Termasuk jika harus melakukan tindakan yang agresif seperti pertingkaian, unjuk rasa, boikot, dan sebagainya (Bartos, O. J., & Wehr, P. 2002).


            Penyebab konflik terjadi diantaranya sebagai berikut :
Differing Values: Perbedaan tata nilai
Tempat kerja terdiri dari individu-individu yang semuanya memiliki perspektif dunia mereka sendiri. Beberapa karyawan memiliki keyakinan kuat, yang tidak mau mereka kompromikan. Keyakinan ini dapat bertentangan dengan rekan kerja, menciptakan konflik. Misalnya, jika satu individu sangat menentang keragaman di tempat kerja, ia mungkin mengalami kesulitan menerima pekerja lain yang berbeda darinya. Untuk menghindari konflik dengan para pekerja ini, ia harus mencoba menerima atau memulai lebih banyak toleransi terhadap mereka yang memiliki nilai berbeda.
Opposing Interests: Perbedaan kepentingan
Ketika seorang karyawan memutuskan untuk mengejar tujuan karirnya sendiri, tanpa memperhatikan tujuan organisasi dan kesejahteraannya, itu mengakibatkan perselisihan di antara rekan kerjanya. Ini terjadi ketika karyawan menjadi begitu fokus untuk mencapai tujuannya sendiri, ia mengabaikan bagaimana hal itu mempengaruhi orang lain di dalam perusahaan dan perusahaan itu sendiri.
Misalnya, dia mungkin “lupa” bahwa dia adalah bagian dari tim, di mana tujuannya adalah untuk bekerja bersama dalam tugas tertentu. Konsekuensinya, dia dapat bekerja sesuai dengan jadwalnya sendiri dan dengan cara yang menurutnya cocok, membangun kebencian pada rekan kerjanya.
Personality Conflicts: Ketidakcocokan kepribadian
Tidak ada dua orang yang persis sama. Oleh karena itu, bentrokan kepribadian di tempat kerja tidak dapat dihindari. Satu karyawan mungkin memiliki kepribadian pendiam sementara yang lain mungkin lebih ramah dan maju. Masalah muncul ketika keduanya tidak memahami atau menghormati sifat batin masing-masing.
Misalnya, karyawan yang lebih ekstrover mungkin merasa diremehkan jika pekerja yang lebih introvert tidak banyak berbicara dengannya. Dia mungkin menganggapnya sedikit, alih-alih hanya menjadi kepribadian karyawan. Lebih jauh, pendekatannya dalam menangani proyek mungkin analitis sementara miliknya intuitif. Ketika keduanya tidak memahami dan menghormati pendekatan satu sama lain, konflik terjadi.
Poor Communication: Perbedaan pendapat
Komunikasi yang buruk menyebabkan kesalahpahaman dan perselisihan di antara karyawan. Misalnya, kesalahpahaman dapat terjadi jika manajer meminta satu karyawan untuk menyampaikan instruksi penting kepada karyawan lain, tetapi karyawan tersebut gagal melakukannya dengan tepat. Menyampaikan informasi yang salah dapat menyebabkan proyek tidak dilakukan dengan benar dan karyawan saling menyalahkan untuk hasil akhirnya.
Personal Problems: Masalah pribadi (di luar kantor)
Jika karyawan tersebut memiliki masalah di luar tempat kerja, seperti masalah perkawinan atau orang tua, ia dapat membawanya untuk bekerja bersamanya. Akibatnya, jika dia pendek dan menarik diri dari rekan kerjanya, dan jika mereka tidak tahu tentang penyebab perilakunya, mereka akan menganggap bahwa dia memiliki masalah dengan mereka. Karena itu, jika dia tidak mau mengungkapkan masalahnya kepada rekan kerjanya, dia harus meninggalkannya di rumah.

Manfaat adanya konflik
Konflik akan menjadi bermanfaat ketika (Mckenna, 2006):
  • Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dengan merangsang berbagai gagasan yang berbeda
  • Merangsang kreativitas dan inovasi, misal dengan menimbulkan kompetisi antarpekerja saat organisasi ingin menggali disain produk baru
  • Mendorong munculnya minat dan keingintahuan di antara anggota kelompok - kelompok kerja
  • Memunculkan konflik terselubung menjadi terbuka dan dapat diselesaikan, sehingga mengurangi ketegangan  (terutama pada konflik dengan intensitas sedang)
  • Membantu masing-masing anggota organisasi untuk melakukan evaluasi diri dan bersedia melakukan perubahan (dengan memunculkan situasi yang status quo / tidak jelas)


PENGERTIAN CUSTOMER SERVICE
Customer service  adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk memberikan  kepuasan melalui  pelayanan yang diberikan seseorang kepada kliennya dalam menyelesaikan  masalah dengan memuaskan. Pelayanan yang diberikan termasuk   menerima  keluhan atau masalah yang sedang dihadapi.
Customer relations adalah hubungan antara perusahaan dengan pelanggan  sebagai salah satu stakeholders dalam membangun opini publik agar tercipta  kepercayaan pelanggan dan citra positif perusahaan (Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, PT. Ghalia Indonesia,2004, hal 38). Dalam hal ini, customer service berperan  sebagai customer relations yang berperan penting sebagai penghubung antara perusahaan dengan konsumen, memberikan pelayanan kepada pelanggan terutama pada pelayanan komunikasi.
Analisis Studi Kasus 2
Pada kasus tersebut, sangat terlihat tingkat subjektifitasnya pada sekelompok warga. Yang dapat saya tangkap dari kasus tersebut ialah warga yang merasa terganggu dengan kemacetan yang terjadi di pagi hari. Sehingga warga berfikir untuk menghentikan kemacetan yang menggangu, mereka melakukan berbagai cara, meskipun cara yang dilakukan tidak menguntungkan bagi beberapa pihak yaitu dengan cara dengan memblokade jalan keluar satu-satunya. Yang jika dipikirkan sebenarnya hal tersebut sangat mengganggu banyak pihak. Selain itu dilihat dari teori perselisihan diakibatkan oleh adanya opposing interests (perbedaan kepentingan) berupa keinginan warga yang terhindar dari kemacetan setiap pagi yang menimbulkan poor communication (perbedaan pendapat) terlihat dari adanya perdebatan yang dimenangkan oleh warga. Selain itu jalan keluar yang diambil oleh pihak berwenang dalam hal ini pihak kepolisian menunjukan bahwa pihak tersebut sedang berusaha menunjukan bahwa mereka dapat melayani masyarakat dengan baik. Pemberian denda dan lahan parkir mungking berdasarkan analisis saya didasarkan pada prioritas kepentingan yang ada, yaitu menghentikan kemacetan. Sama halnya solusi yang dikeluarkan oleh pihak sekolah yaitu membobol tembok untuk mempermudah akses adalah bentuk dari tanggung jawab pihak sekolah dan hal tersebut dapat menaikan citra sekolah di depan warga. Karena hal tersebut dapat membangun customer relations yang baik.

Referensi:

Oberschall, A. (1978). Theories of social conflict. Annual review of sociology4(1), 291-315.
Bartos, O. J., & Wehr, P. (2002). Using conflict theory. Cambridge University Press.
McKenna, C. D. (2006). The world's newest profession: Management consulting in the twentieth century. Cambridge University Press.
Maulanai. R. (2018)., manajemen konflik: definisi, penyebab, dan pengelolahaan

Wahyudi. A. (2010)., konflik, konsep teori dan permasalahan


Comments

Popular posts from this blog

journal Review : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement

JOURNAL REVIEW : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement Hiiii how’s it going??? in today’s  post , Imma review Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement journal. Hope this helps! THE MEANING OF EI AND WORK ENGAGEMENT Emotional Intelligence According to Dr Goleman, ’emotional intelligence is defined as a set of skills or competencies, which provide human resource professionals, managers, and anyone in the world of work, with a comprehen­sive tool to define, measure and develop emotional skills’. Emotional intelligence can also be defined as the capacity to recognize our own feelings and those of others for motivating ourselves and managing emotions well in our social interactions. Work Engagement Work engagement is most often defined as "...a positive, fulfilling, work-related state of mind that is characterized by vigor, dedication, and absorption" (Schaufeli & Bakker,

High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future

Hola readers! How’s it going? In today’s post, saya akan merangkum bahasan di seminar yang saya ikuti Hope this helps! J High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future Munculnya berbagai perusahaan rintisan atau start up adalah kemajuan besar bagi Indonesia. Selain membuka berbagai peluang kerja untuk para pencari kerja, hadirnya perusahaan start up ini juga memberikan pilihan untuk dapat memilih bidang pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, serta tawaran penghasilan dan kesejahteraan yang lebih beragam. Namun, tidak semua pihak menganggap hal ini sebagai nilai positif. Sebab dengan hadirnya pilihan lapangan pekerjaan baru yang cukup menjanjikan dapat menjadi ancaman bagi perusahaan eksisting saat ini dalam mempertahankan aset berharga mereka yaitu karyawan yang dapat kapan saja mengundurkan diri untuk mendapatkan tawaran kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan baru tersebut.  Hal tersebut dianggap isu