Skip to main content

Psychological Capital



Psychologycal capital

Image result for psycap

Assalamualaikum para pembacaaa…. Apa kabar??? Saya harap para pembaca dalam keadaan sehat dan bahagia hihihi
Pada blog kali ini saya ingin membahas tentang Psychologycal Capital (PsyCap)
Semoga bermanfaat J

Apasih psychological capital itu???
Sebelum kita membahas tetang PsyCap, mari kita bahas tentang apa itu Psikologi..
Psikologi di definisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental. Perilaku adalah yang kita lakukan dan dapat di amati secara langsung. Proses Mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami yang kita amati namun tidak biasa di amati  secara lansung (Laura A. king, 2014)
Psychological capital diartikan sebagai kondisi positif pada indivdu yang jauh dari gambaran “putus asa dan kesulitan” dalam lingkup organisasi (Nelsoon & Cooper, 2007). Psychological capital dapat digunakan untuk meningkatkan kompetisi dalam mencapai keuntungan organisasi dengan melihat potensi penuh dari sumber daya manusia yang mereka miliki (Luthans dkk., 2007. Dalam Kusuma K.A & Prihatsanti U).
Image result for psychological Capital
Dapat kita ketahui bahwa psychological capital adalah kondisi perkembangan psikologis positif seseorang dan ditandai dengan: (1) memiliki kepercayaan diri (self-efficacy) untuk diambil dan lakukan upaya yang diperlukan untuk berhasil dalam tugas-tugas yang menantang; (2) membuat atribusi positif (optimisme) tentang kesuksesan sekarang dan di masa depan; (3) bertekad mencapai tujuan dan, jika perlu, mengarahkan jalan menuju tujuan (harapan) untuk berhasil; dan (4) kapan dilanda masalah dan kesulitan, mempertahankan dan bangkit kembali dan bahkan melampaui (ketahanan) untuk mencapai kesuksesan (Luthans, F., Youssef, C, M., Avolio, B, J. (2007). Psychological Capital : Developing the Human Competitive Edge. New York : Oxford University Press, Inc). Psychological capital ialah susunan positif orde tinggi yang terdiri dari empat segi konstruksi; self efficacy (kepercayaan diri), optimisme, harapan, dan ketahanan. PsyCap ini terbuka untuk pengembangan yang diusulkan dapat menjadi benteng pertahanan dalam persaingan bisnis (Luthans, F., Youssef, C, M., Avolio, B, J. (2007). Psychological Capital : Developing the Human Competitive Edge. New York : Oxford University Press, Inc)


Berikut adalah perbandingan 3 jurnal tentang PsyCap

 Analisis Jurnal :
1.Hubungan antara psychological capital dengan work engagement pada karyawan PT. Bank Mega regional area Semarang
2. Impact of psychological capital on innovative performance and job stress. Canadian Journal of Administrative Sciences/Revue Canadienne des Sciences de l'Administration
3. The Role of Psychological Capital to Individual Readiness to Change Moderated by Perception of Organizational Support






Analisis Jurnal

No.
Aspek
Judul Jurnal

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANK MEGA REGIONAL AREA SEMARANG

Impact of psychological capital on innovative performance and job stress

The Role of Psychological Capital to Individual Readiness to Change Moderated by Perception of Organizational Support

Analisis Komparatif Antar Jurnal

Penulis
Dwi Ari Setyo Nugroho, Endah Mujiasih , Unika Prihatsanti
Muhammad Abbas, Usman Raja
Lailatul Munawaroh, Sito Meiyanto


Tahun Publikasi
2015
2015
2017

1.
Latar Belakang
industri perbankan Indonesia selama ini telah menunjukkan kiprahnya dalam mendukung perekonomian nasional. Namun dalam perjalanan membangun industri perbankan yang kuat, perbankan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut diantaranya berasal dari persaingan bisnis yang semakin ketat dan tuntutan nasabah akan produk dan layanan yang semakin bervariasi, untuk itu disamping modal dan teknologi, bank juga memerlukan dukungan sumber daya manusia yang handal. Berlandaskan kebutuhan tersebut perusahaan membutuhkan karyawankaryawan yang energik dan berdedikasi, yaitu karyawan yang memiliki keterikatan atau work engagement di dalam menjalani pekerjaanya
Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam lingkungan global yang sangat kompetitif saat ini, perusahaan harus inovatif (McAdam & Keogh, 2004). Khususnya, perilaku inovatif karyawan (mis., Mengembangkan, mengadopsi, dan menerapkan ide-ide baru untuk produk dan metode kerja) adalah sumber daya penting yang membuat organisasi sukses dalam lingkungan bisnis yang dinamis (Yuan & Woodman,2010). Selain itu, organisasi membutuhkan orang-orang inovatif untuk mempertahankan posisi kompetitif mereka di pasar (Zhou & Shalley, 2008).

Kesiapan berubah pada individu dapat membawa berbagai manfaat bagi implementasi perubahan organisasi. Kesiapan berubah yang sudah terbentuk sebelum implementasi perubahan mem-bawa efek positif terhadap kepuasan pegawai terhadap akurasi sistem, kemu-dahan penggunaan, termasuk pada tahap setelah implementasi (Jones, Jimmieson, & Griffiths, 2005). Adanya kesiapan berubah pada individu juga terbukti dapat mengurangi penolakan perubahan secara signifikan (Ming-chu & Meng-hsiu, 2015). Dalam jangka panjang, efektivitas inter-vensi terhadap suatu organisasi hanya akan dapat diraih oleh organisasi yang anggotanya memiliki kesiapan berubah (Madsen, 2003). Rendahnya level kesiapan individu seperti juga pengabaian terhadap peranan individu dalam proses perubahan merupakan faktor utama yang menjadi penyebab kegagalan implementasi perubahan (Armenakis, Harris, & Mossholder, 1993). Kesiapan berubah yang rendah akan membuat pegawai memandang perubahan sebagai sebuah hal yang tidak diinginkan dan perlu dihindari, bahkan menolak untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan pelaksanaan perubahan (Shea, Jacobs, Esserman, Bruce, & Weiner, 2014).
Psychology Capital merupakan suatu kajian keilmuan psikologi dalam dunia industri dan organisasi. Psikologi Capital masuk kedalam komptensi karena sebelum individu menduduki suatu posisi tertentu seorang HR harus mengetahui kompentesi yang dimiliki individu tersebut. Sesuai tidak suatu perkejaan itu dengan kompetensi yang dimiliki. Karena di psikologi kapital  berusaha menemukan dan mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan prestasi kerja sehingga individu dapat merasakan kepuasan kerja, memiliki komitmen pada perusahaan, mengurangi stress, dan terciptanya kesejahteraan psikologi.
(Artikel: https://www.universitaspsikologi.com/2019/03/psikologi-capital-adalah-psycap-psychology-capital.html)
Dari ke 3 jurnal ini memiliki perbedaan isu nya, jurnal pertama membahas tentang keterkaitan Psychological Capital dengan Work Management sedangkan jurnal ke-2 membahas tentang dampak Psychological Capital terhadap innovative performance dan job stress dan jurnal ke-3 membahas tentang  Peranan Psychological Capital terhadap Kesiapan Individu untuk Berubah yang Dimoderatori oleh  Persepsi Dukungan Organisasi.


2.
Tujuan Penelitian
Studi ini ditujukan untuk menilai hubungan antara psychological capital dengan work engagement karyawan dari PT Bank Mega bagian daerah Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak psychology capital (PsyCap) pada innovative performance dan stres kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran psychological capital terhadap kesiapan individu untuk berubah, dengan persepsi dukungan organisasi sebagai moderator.

3.
Desaign/Metodologi/Approach
Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan alat ukur skala psikologi yang dibuat oleh peneliti dan mengadopsi skala dari peneliti lain. Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert yang terdiri atas empat kategori jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta untuk memilih pernyataanpernyataan yang sesuai dengan dirinya dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia.
Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data dikumpulkan dari beragam sampel (N = 237 tanggapan berpasangan) karyawan dari berbagai organisasi di Pakistan

Metode pengambilan data dilakukan melalui survei dengan menyebarkan skala kesiapan individu untuk berubah, skala psychological capital, dan skala persepsi dukungan organisasi. Subjek penelitian ini adalah 351 pegawai yang tersebar di instansi Pemerintah Daerah DIY yang akan menghadapi perubahan (inpassing) jabatan. Analisis data dilakukan dengan moderated regression analysis.

4.
Temuan
Temuan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa ada hubungan positif antara psychological capital dan work engagement. Semakin tinggi psychological capital maka semakin tinggi work engagement. Koefisien determinasi 51,3% dari work engagement. Sisanya 48,7% dideterminasi oleh faktor lain yang tidak terungkap dalam studi, contoh: sumber daya pekerjaan dan tuntutan pekerjaan.

Hasil menunjukkan bahwa PsyCap secara positif terkait dengan kinerja pekerjaan yang inovatif dan negatif terkait dengan stres kerja.

Hasil analisis menunjukkan bahwa psychological capital dan persepsi dukungan organisasi secara bersama-sama memiliki peranan dalam memprediksi kesiapan individu untuk berubah (R2=0.350; p<0.05), namun persepsi dukungan organisasi tidak terbukti memoderasi peranan psychological capital dengan kesiapan individu untuk berubah (F=2.267; p>0.05)

5.
Implikasi
Penelitian ini mengindikasikan bahwa ada hubungan positif antara psychological capital dan work engagement.
Penelitian ini menunjukkan bahwa PsyCap secara positif terkait dengan innovative performance dan berkorelasi negative dengan stres kerja.
Penelitian ini meneguhkan pentingnya peranan resiliensi sebagai salah satu dimensi psychological capital dalam meningkatkan kesiapan berubah individu dalam organisasi.

6.
Keterbatasan Penelitian
1. Minimnya sumber literatur dan penelitian terdahulu yang membahas variabel dalam penelitian ini mengingat variabel dalam penelitian ini masih terbilang baru dan terbatas.
2. Kondisi karyawan yang sedang sibuk dengan pekerjaannya memungkinkan karyawan tidak konsentrasi dalam mengerjakan survey awal maupun skala.
3. Adanya sosial desirability atau bukan keadaan sebenarnya, kondisi atau situasi pada saat penelitian yang diasumsikan dapat mempengaruhi hasil penelitian, salah satunya karena adanya kecenderungan untuk memenuhi harapan-harapan sosial dalam mengisi skala dan adanya norma-norma tertentu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
4. Responden penelitian adalah karyawan yang masih bertahan di perusahaann, sehingga diperkirakan bahwa karyawan tersebut tidak memiliki masalah dengan pekerjaannya sehingga tingkat psyccological capital dan work engagement-nya berada dalam kondisi baik atau tinggi.
1. kemungkinan adanya bias penelitian meningat PsyCap dan job stress diukur menggunakan self-reports.

2. penelitian ini tidak mengukur faktor kepribadian lain yang relevan seperti kepribadian proaktif dan openness to experience , yang dapat mempengaruhi innovative performance; oleh karena itu, peneliti tidak dapat memeriksa kekuatan relatif PsyCap.

1. subjek dan konteks perubahan kurang bervariasi.
2. Minimnya sumber literatur dan penelitian terdahulu yang membahas variabel dalam penelitian ini mengingat variabel dalam penelitian ini masih terbilang baru dan terbatas


7.
Originality/ value
Penelitian ini mengindikasikan bahwa ada hubungan positif antara psychological capital dan work engagement
Penelitian ini menunjukkan bahwa PsyCap secara positif terkait dengan innovative performance dan berkorelasi negative dengan stres kerja.
Penelitian ini meneguhkan pentingnya peranan resiliensi sebagai salah satu dimensi psychological capital dalam meningkatkan kesiapan berubah individu dalam organisasi.


Referensi :
Nugroho, D. A. S., Mujiasih, E., & Prihatsanti, U. (2013). Hubungan antara psychological capital dengan work engagement pada karyawan PT. Bank Mega regional area Semarang. Jurnal Psikologi, 12(2), 192-202.
Abbas, M., & Raja, U. (2015). Impact of psychological capital on innovative performance and job stress. Canadian Journal of Administrative Sciences/Revue Canadienne des Sciences de l'Administration, 32(2), 128-138.
Munawaroh, L., & Meiyanto, I. S. (2017). The Role of Psychological Capital to Individual Readiness to Change Moderated by Perception of Organizational Support. Jurnal Psikologi, 44(3), 198-210.
https://www.universitaspsikologi.com/2019/03/psikologi-capital-adalah-psycap-psychology-capital.html
King, L, A., (2007) The Science of Psychology: An Appreciative View. New York : McGraw-Hill
Spector, P, E. Industrial and Organizational Psychology 6th edition
Luthans, F., Youssef, C, M., Avolio, B, J. (2007). Psychological Capital : Developing the Human Competitive Edge. New York : Oxford University Press, Inc








Comments

Popular posts from this blog

journal Review : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement

JOURNAL REVIEW : Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement Hiiii how’s it going??? in today’s  post , Imma review Emotional intelligence competencies in engineer’s effectiveness and engagement journal. Hope this helps! THE MEANING OF EI AND WORK ENGAGEMENT Emotional Intelligence According to Dr Goleman, ’emotional intelligence is defined as a set of skills or competencies, which provide human resource professionals, managers, and anyone in the world of work, with a comprehen­sive tool to define, measure and develop emotional skills’. Emotional intelligence can also be defined as the capacity to recognize our own feelings and those of others for motivating ourselves and managing emotions well in our social interactions. Work Engagement Work engagement is most often defined as "...a positive, fulfilling, work-related state of mind that is characterized by vigor, dedication, and absorption" (Schaufeli & Bakker,

High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future

Hola readers! How’s it going? In today’s post, saya akan merangkum bahasan di seminar yang saya ikuti Hope this helps! J High Level Update: Designing Compensation & Benefit Toward A Better Future Munculnya berbagai perusahaan rintisan atau start up adalah kemajuan besar bagi Indonesia. Selain membuka berbagai peluang kerja untuk para pencari kerja, hadirnya perusahaan start up ini juga memberikan pilihan untuk dapat memilih bidang pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, serta tawaran penghasilan dan kesejahteraan yang lebih beragam. Namun, tidak semua pihak menganggap hal ini sebagai nilai positif. Sebab dengan hadirnya pilihan lapangan pekerjaan baru yang cukup menjanjikan dapat menjadi ancaman bagi perusahaan eksisting saat ini dalam mempertahankan aset berharga mereka yaitu karyawan yang dapat kapan saja mengundurkan diri untuk mendapatkan tawaran kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan baru tersebut.  Hal tersebut dianggap isu

Role playing

Hi fellas, how’s it going? In today’s post, saya akan membahas studi kasus tentang pendekatan terhadap situasi konflik . Jadi….Pada tanggal 6 desember 2019 kelas saya di beri kasus (semacam simulasi role play )   oleh Pak Seta (Dosen),   Dalam simulasi role play ini, mahasiswa dibagi menjadi 4 tim, diantaranya tim warga, tim Pemerintah Daerah, tim yayasan dan tim orang tua siswa. Scenario nya adalah disebuah jalan terdapat sejumlah rumah warga lalu ada juga sebuah sekolah, sekolah tersebut terletak dalam gang, sekolah tersebut menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan. Disamping banyak mobil orang tua siswa yang berlalu lalang untuk mengatar-jemput siswa, di jalan tersebut juga ramai karena banyak nya warga yang menggunakan mobil untuk bekerja. Pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas parkir atau lahan kosong untuk orang tua menurunkan anaknya atau memutar balik kendaraan. Oleh sebab itu memicu kemarahan dari warga, akhirnya warga memutuskan untuk memotral jalan